Jama'ah PERSIS Kiangroke

Jama'ah PERSIS Kiangroke Cabang Banjaran-Kabupaten Bandung mulai secara intensip melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Da'wah pada tahun 1970, simpatisan Jama'ah Jembatan Dayeuh Kolot-Kabupaten Bandung Apud Yusuf Mahfudin, dan simpatisan Cabang Banjaran-Kabupaten Bandung Aman Warman menjadi emberio Jama'ah Kiangroke.



Da'wah pada awalnya dilaksanakan dirumah Bapak A.Y.Mahfudin dengan melaksanakan pengajian mempelajari  tafsir al-qur'an, membaca dengan berlanganan majalah IBER yang diterbitkan oleh PP Persatuan Islam Bandung, mengikuti pengajian dan program lain di Cabang PERSIS Banjaran.
adapun tujuan mereka berjama'ah ialah untuk meningkatkan ukhuwah islamiah, menambah pengetahuan dan wawasan keislaman dalam rangka menyelamatkan ibadah secara pribadi maupun ummah. karena dimasyarakat pada umumnya akulturlisasi budaya dalam agama sudah sangat lekat. sehingga ajaran  Agama lain kadang sudah dirasakan sebagai ajaran Islam, kebiasaan atau budaya, kepercayaan atau keyakinan, pandangan  agama lain sudah dirasakan sebagai ajaran islam, ini berbahaya karena Rasullulah berkata " Barang siapan yang mengerjakan suatu pekerjaan, pekerjaan itu tidak diperintahkan oleh-Nya maka pekerjaan itu ditolah" bukan saja ditolah tidak akan mendapatkan ganjaran, akan tetapi pekerjaan itu tergolong kepada bentuk pekerjaan Bid'ah sesuatu pekerjaan yang tidak dicontohkan oleh nabi, dan bid'ah itu  adalah ajaran yang sesat , tempat orang yang sesat dan menyesatkan itu adalah neraka, Naudzubilah suma nudzubillah.



Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, masyarakat yang meyakini dan mempercayai bahwa diluar dirinya ada zat yang mengatur hidup dan kehidupan manusia, zat yang maha pengatur itu adalah sesuatu yang ghaib, tidak dapat dilihat atau tidak berwujud akan tetapi diyakini ada. ahli Budaya menemukan bukti kebudayaan ini yang disebut dinamisme yaitu sebuah kepercayaan bahwa didalam benda-benda itu ada kekuatan yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia, contoh, batu jimat, keris, tongkat, goong, kalung dll sampai sekarang sisa-sisa kepercayaa itu masih ada dimasyarakat.
Masyarakat kita masyarakat yang meyakini dan mempercayai bahwa manusia memiliki asal-usul, ahli sejarah menemukan bentuk kebudayaan yang disebut toteisme, misalkan ada kepercayaan bahwa keterunannya asalnya dari harimau oleh karena itu kalau orang itu meninggal dunia akan kebali menjadi harimau dalam bahasa sunda disebut leuleusan. ada yang meyakini keturunan buaya putih, ada yang meyakini keturunan ular dll.
Masyarakat Indonesia meyakini bahwa setelah kehidupan ini ada kehidupan lain, setelah meninggal dunia manusia akan pindah kekehidupan lain, disana yang meninggal dunia akan menjalani hidup seperti layaknya kehidupan didunia, akan tetapi melalui proses dan prosedur, apabila orang yang meninggal dunia orangnya baik dan mendapat pengampunan dosa maka akan diterima di alam sana. apabila orang yang meninggal dunia orang jahat tidak mendapat pengampunan dosa maka orang itu tidak akan diterima dialam sana dan akhirnya bakal menempati batu-batu besar, pohon-pohon besar, menghuni lembah, menghuni mata air disebu oleh orang sunda jurig marakayangan.oleh ahli budaya kepercayaan ini disebut Animisme.
Keyakinan dan kepercayaan tersebut merupakan  akulturasi budaya yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat kita dengan berbagai subkultur dan pranata lainnya, oleh karena itu umat islam harus hati-hati dalam melaksanakan ibadah dan amaliahnya, harus jelas dasar atau dalilnya.
Disamping permasalahan tersebut diatas hal lain yang sering menjadi kendala dalam beribadah dan muamalah ialah kurangnya dasar pengetahuan dan wawasan agama, kita tidak terbiasa mempelajari sendiri atau mencari tahu ilmu agama. kita sering mengikuti apa yang dikatakan ulama(taklid)
Persis berjuang agar umat dapat melaksanakan ibadah dan muamalahnya sesuai dengan yang dicontoh oleh Rasullulah Saw.sehingga terwujud masyarakat yang memiliki tatanan hidup berdasarkan qur'an dan sunah.
.
.